beritaparepare.blogspot.com,- Menurut cerita-cerita orang dahulu, nama Barru sebelum terbentuknya
kerajaan terjadi akibat perkawinan turunan bangsawan Luwu dengan Gowa
diatas bukit Ajarenge dimana disitu banyak pepohonan kayu yang disebut
Aju Beru. Kemudian nama Aju Beru itulah yang hingga kini dikenal dengan
nama Barru.
Sebelum adanya kerajaan di Barru, menurut Lontara silsilah Raja-raja
Barru pada mulanya Barru dirintis oleh Puang Ribulu Puang Ricampa hingga
datangnya seorang keturunan ManurungE Ri Jangang-Jangngan menjadi Raja
pertama (I) di Barru yang kemudian setelah wafatnya digantikan oleh
anaknya yang bernama MatinroE Ri Kajuara. Adapun batas-batas kerajaan
Barru pada masa itu adalah:
1. Sebelah Selatan berbatasan dengan kerajaan Tanete
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Soppeng
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Soppeng Riaja
4. Sebelah Barat berbatasan dengan lautan Selat Makassar.
Dengan batas kerajaan inilah raja Barru ke III yaitu MatinroE Ri
Daunglesang melaksanakan pemerintahannya dengan mendirikan Bate Tuwung
dan Bate Mangempang. Setelah raja ke III ini wafat beliau digantikan
oleh puteranya yaitu MatinroE Ri Gollana sebagai raja ke IV dan dalam
pemerintahannya beliau menganggap perlu kerajaan Barru ini dibagi
menjadi :
1. Barru Timur
2. Barru Barat
Barru Timur yaitu diperkirakan pada daerah sekitar pegunungan dan
Barru Barat yaitu daerah sekitar pesisir pantai. Barru Timur kemudian
diserahkan kekuasaannya kepada adiknya sedangkan raja Barru MatinroE Ri
Gollana memerintah di Barru Barat. Setalah wafatnya MatinroE Ri Gollana
beliau digantikan oleh puteranya yang bernama MatinroE Ri Data (V). Raja
ini memiliki persahabatan yang cukup dekat dengan raja Soppeng dan
setelah wafatnya digantikan oleh puteranya yang bernama MatinroE Ri Bulu
(VI). Pada masa pemerintahannya beliau pernah berperang dengan Soppeng
dan bersahabat dengan Suppa. Setelah wafatnya beliau digantikan oleh
puteranya yang bernama MatinroE Ri Barugana. Dalam pemerintahannya
pernah hidup seorang pemberani yang bernama To Pakapo dan pernah
berperang dengan Pange dan Palakka yang berakhir dengan kemenangan
Palakka. Setelah wafatnya beliau digantikan oleh Daeng Maero MatinroE Ri
Lamuru sebagai raja ke delapan (VIII). Pada masa pemerintahan beliau
datanlah orang dari Gelle untuk meminta tempat tinggal dan diberikanlah
daerah Madello sehingga mereka dikenal dengan sebutan orang Madello.
Setelah wafatnya beliau digantikan oleh anaknya yang bernama MatinroE Ri
Ajuarana (IX). Pada masa pemrintahan beliau datang orang Sawitto
meminta tinggal dan diberikanlah tiga daerah yaitu Coppo, Ammaro, dan
Maganjang dengan jalan menyewa tanah. Setelah wafatnya beliau digantikan
oleh MatinroE Ri Coppobulu (X). Raja inilah yang membawa Bate Bolonge
ke Tanete untuk ditukar dengan Batena Tanete yaitu La Sarewong kemudian
dibawa ke Barru. Pada masa beliau jugalah dibentuk empat kepala kampung
yang disebut Matowa yaitu Matowa Baleng, Matowa Tuwung, Matowa Batubessi
dan Matowa Ta’. Setelah wafatnya beliau digantikan oleh anaknya yang
bernama MatinroE Ri Laleng Beru (XI). Raja inilah yang menerangkan
ArajangE La Sarewo apabila hendak diupacarakan. Pada masa pemerintahan
beliau datanglah seorang Karaeng dari Gowa untuk menyerang Tanete dan
dimenangkan oleh Karaenge dari Gowa. Pada waktu itulah raja Barru
bermaksud berangkat ke Pancana untuk menerima ajaran agama Islam. Belum
tercapai niatnya tersebut beliau sudah wafat dan digantikan oleh anaknya
yang bernama MatinroE Ri Duajenna (XII). Raja inilah yang pertama
membawa masuk agama Islam di Barru. Karena beliau tidak memiliki anak
maka setelah wafatnya beliau digantikan oleh kemenakannya To Riwetta Ri
Bampa. Beliau pernah berperang dengan kerajaan Bone yang waktu itu
dibawah kekuasaan Petta Malampe Gemmegna. Beliau wafat dalam medan
perang dan kemudian digantikan oleh saudaranya (XIV). Raja inilah yang
kemudian bersahabat dengan Bone dan setelah wafatnya beliau digantikan
oleh sepupunya seorang perempuan yaitu MatinroE Ri Gamaccana (XV). Raja
inilah perempuan pertama yang menjabat sebagai raja di Barru dan
kemudian menikah dengan anak raja Gowa. Beliau jugalah yang menyatukan
kembali Barru Timur dan Barru Barat dengan pusat kerajaan di Barru
Barat. Setelah wafatnya beliau digantikan oleh anaknya yang bernama I
Lipa Daeng Manako yang setelah wafatnya bergelar MatinroE Ri Madello
(XVI). Raja inilah yang kemudian membawa sebagian rakyat dari pihak
Bapaknya yaitu Bajeng ke Padangke dan membuka perkampungan disana.
Setelah wafatnya beliau digantikan oleh I Malewai MatinroE RI MaridiE
(XVII). Setelah wafatnya beliau digantikan oleh I Rakiyah Karaeng
Agangjene (XVIII). Setelah wafatnya beliau digantikan oleh anaknya yang
bernama To Appo MatinroE Ri SumpangbinangaE (XIX). Setelah wafatnya
beliau digantikan oleh To Apasewa MatinroE Ri Amalana (XX). Beliau
menikah dengan I Halija Arung Pao-Pao. Setelah wafatnya beliau
digantikan oleh puteranya yang bernama To Patarai MatinroE Ri Masigina
(XXI). Setelah wafatnya beliau digantikan oleh puterinya yang bernama We
Tenripada (XXII) dan kawin dengan anak raja Gowa Patimatarang. Raja
inilah yang juga pertama kali membangun mesjid di Mangempang. Beliau
kebanyakan berdomisili di Gowa dan sehingga wafatnyapun di Gowa. Setelah
wafatnya pangulu adat kerajaan menyerahkan kerajaan Barru kepada
suaminya yang bernama Patimatarang namun hanya berjalan selama setahun
saja. Kemudian beliau menyerahkan kerajaan Barru kepada puterinya yaitu
Batari Toja (XXIII) pada tahun 1895. Pada masa pemerintahan beliau
terjadi perang antara Tanete dan Lipukasi yang berakhir dengan
direbutnya Lipukasi oleh raja Tanete (Pancaitana). Setelah itu batas
kerajaan Barru berubah menjadi:
1. Sebelah Utara sampai sungai Madello hingga ke Selatan sampai ke sungai Lajari.
2. Dari pesisir pantai Selat Makassar sampai ke Timur kerajaan Soppeng.
Karena Batari Toja dalam pemerintahannya kebanyakan berada di Gowa
sehingga untuk melaksanakan pemerintahan diberi kepercayakan kepada:
1. ANDI MATTANIO ARUNG TUWUNG (Ayahanda ANDI DJUANNA DG MALIUNGAN)
melaksanakan pemerintahan disebelah Selatan sungai ( Taitang Salo)
2. Daeng Magading melaksanakan pemerintahan di sebelah Utara sungai (Manerang Salo).
Pada tahun 1908 Batari Toja digantikan oleh puteranya yang bernama
Kalimullah Karaeng Lembang Parang atau dikenal dengan nama Kalimullah
Djonjo Karaeng Lembang Parang. Pada masa itu yang menjabat sebagai
Sulewatang (Pengganti kekuatan raja) adalah Andi Djuanna Daeng
Maliungan.
Kerajaan Barru Menjadi Swapraja
Pada masa Kalimullah Djonjo Karaeng Lembang Parang yaitu di tahun 1908
kerajaan Barru menjadi Onder Afdelling dan dibawah pengawasa Controlleur
Belanda hingga tahun 1942. Kemudian Jepang datang tahun 1942 dan
melanjutkan pemerintahannya hingga tahun 1945. Setelah Jepang berakhir
kembali kerajaan Barru dibawah penguasaan Controlleur Steller yang
berkuasa di Barru sampai tahun 1946. Pada tanggal 9 September 1945 Andi
Sadapoto yaitu putera Karaeng Lembang Parang diangkat menjadi raja untuk
menggantikan Ayahnya. Pada tahun 1947 Andi Sadapoto digantikan oleh
Andi Sahribanong dan dalam tahun 1948 inilah kerajaan Barru berubah
menjadi Swapraja dengan kepala pemerintahannya yang baru bernama K.P.N.
Abdul Latief Daeng Masiki kemudian diganti oleh Patotoreng dan sebagai
kepala swapraja Andi Sahribanong kemudian diganti oleh Andi
Sumangerukka.
Sumber :
http://ajatappareng.wordpress.com/2010/11/05/sejarah-ringkas-kerajaan-barru/
Baca juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar